Protein merupakan polimer asam amino. Ada puluh
asam amino yang berbeda merupakan penyusun protein alami. Protein dibedakan
satu sama lain berdasarkan tipe, jumlah
dan susunan asam aminonya. Perbedaan ini menyebabkan perbedaan struktur
molekuler, kandungan nutrisi dan sifat fisikokimia.
Protein merupakan konstituen penting dalam makanan,
dimana protein merupakn sumber energi sekaligus mengandung asam-asam amino esensial
seperti lysine, tryptophan, methionine, leucine, isoleucine dan valine (esensial
berarti penting bagi tubuh, namun tidak bisa disintesis dalam tubuh). Protein
juga merupakan komponen utama dalam berbagai makanan alami, yang menentukan
tekstur keseluruhan, misalnya keempukan produk daging atau ikan, dan
sebagainya.
Protein terisolasi sering digunakan dalam makanan
sebagai unsur kandungan (ingredient) karena sifat atau fungsi uniknya, antara
lain kemampuannya menghasilkan penampilanm tekstur atau stabilitas yang diinginkan.
Misalnya, protein digunakan sebagai agen pembentuk gel (gelling agent), pengemulsi
(emulsifier), pembentuk busa (foaming agent) dan pengental (thickener). Beberapa
protein makanan merupakan enzim yang mampi meningkatkan laju reaksi biokimia tertentu,
baik yang menguntungkan maupun yang merugikan merusak. Di dalam analisis makanan,
mengetahui kadar total, jenis, struktur molekul dan sifat fungsional dari
protein sangat penting.
Penentuan Kadar
Protein Total
Metode Kjeldahl dikembangkan pada taun
1883 oleh pembuat bir bernama Johann Kjeldahl. Makanan didigesti dengan asam
kuat sehingga melepaskan nitrogen yang dapat ditentukan kadarnya dengan teknik
titrasi yang sesuai. Jumlah protein yang ada kemudian dihitung dari kadar
nitrogen dalam sampel.
Prinsip
dasar yang sama masih digunakan hingga sekarang, walaupun dengan modifikasi untuk
mempercepat proses dan mencapai pengukuran yang lebih akurat. Metode ini masih merupakan
metode standart untuk penentuan kadar protein. Karena metode Kjeldahl tidak menghitung
kadar protein secara langsung, diperlukan faktor konversi (F) untuk menghitung kadar
protein total dan kadar nitrogen. Faktor konversi 6,25 (setara dengan 0,16 g
nitrogen per gram protein) digunakan untuk banyak jenis makanan, namun angka
ini hanya nilai rata-rata, tiap protein mempunyai faktor konversi yang berbeda
tergantung komposisi asam aminonya. Metode Kjeldahl terdiri dari tiga langkah :
digesti, netralisasi dan titrasi.
1. Tahap destruksi
Pada tahapan ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi
destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi
CO, CO2 dan H2O. Sedangkan nitrogennya (N) akan berubah
menjadi (NH4)2SO4. Untuk mempercepat proses
destruksi sering ditambahkan katalisator berupa campuran Na2SO4
dan HgO (20:1). Gunning menganjurkan menggunakan K2SO4
atau CuSO4. Dengan penambahan katalisator tersebut titk didih asam
sulfat akan dipertinggi sehingga destruksi berjalan lebih cepat. Selain
katalisator yang telah disebutkan tadi, kadang-kadang juga diberikan Selenium.
Selenium dapat mempercepat proses oksidasi karena zat tersebut selain menaikkan
titik didih juga mudah mengadakan perubahan dari valensi tinggi ke valensi
rendah atau sebaliknya.
Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah:
H
destruksi
R-C-COOH
NH3 + CO2
+ H2O
NH2
H2SO4
Asam amino CuSO4
(protein) Na2SO4
NH3 + H2SO4
(NH4)2SO4
Hasil Destruksi
2. Tahap destilasi
Pada tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH3)
dengan penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Agar supaya selama
destilasi tidak terjadi superheating ataupun pemercikan cairan atau timbulnya
gelembung gas yang besar maka dapat ditambahkan logam zink (Zn). Ammonia yang
dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh asam khlorida atau asam borat 4 %
dalam jumlah yang berlebihan. Agar supaya kontak antara asam dan ammonia lebih
baik maka diusahakan ujung tabung destilasi tercelup sedalam mungkin dalam
asam. Untuk mengetahui asam dalam keadaan berlebihan maka diberi indikator
misalnya BCG + MR atau PP.
Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah:
(NH4)2SO4 +
NaOH
NH3 + H2O
+ Na2SO4
NH3 + HCl 0,1 N
NH4Cl
Berlebihan
3. Tahap titrasi
Apabila penampung destilat digunakan asam khlorida maka sisa asam khorida
yang bereaksi dengan ammonia dititrasi dengan NaOH standar (0,1 N). Akhir
titrasi ditandai dengan tepat perubahan warna larutan menjadi merah muda dan
tidak hilang selama 30 detik bila menggunakan indikator PP.
Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah:
HCl 0,1 N + NaOH 0,1
N
NaCl + H2O
Kelebihan
Kandungan nitrogen kemudian dapat dihitung sebagai berikut:
%N = ml NaOH blanko – ml NaOH sampel × N. NaOH × 14,008 × 100%
Gram bahan x 1000
Apabila penampung destilasi digunakan asam borat maka banyaknya asam borat
yang bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi menggunakan asam
khlorida 0,1 N dengan indikator (BCG + MR). Akhir titrasi ditandai dengan perubahan
warna larutan dari biru menjadi merah muda.
Kandungan nitrogen kemudian dapat dihitung sebagai
berikut:
%N = ml NaOH blanko – ml NaOH sampel × N. HCl × 14,008 × 100%
Gram bahan x
1000
Setelah diperoleh
%N, selanjutnya dihitung kadar proteinnya dengan mengalikan suatu faktor.
Besarnya faktor perkalian N menjadi protein ini tergantung pada persentase N
yang menyusun protein dalam suatu bahan.
Kadar protein
(%) = % N x faktor konversi
Apabila faktor konversi tidak diketahui, faktor
6,25 dapat digunakan . Faktor ini diperoleh dari fakta rata-rata nitrogen dalam
protein adalah 16 %.
Kadar Protein
(%) = N x 100/16
= N x 6,25
· Kentungan menggunakan Metode
Kjeldahl,diantaranya :
a. Secara
internasional dan masih merupakan metode standar untuk perbandingan terhadap
semua metode lainnya.
b. Presisi
tinggi dan baik reproduktifitas telah membuat metode utama untuk estimasi
protein dalam makanan.
· Kerugian menggunakan Metode Kjeldahl,diantaranya :
a. memberikan
ukuran protein yang benar, karena semua nitrogen dalam makanan tidak dalam
bentuk protein.
b. Protein yang
berbeda memerlukan faktor koreksi yang berbeda karena mereka memiliki urutan
asam amino yang berbeda.
c. Penggunaan
asam sulfat pekat pada suhu tinggi menimbulkan bahaya yang cukup besar, seperti
halnya penggunaan beberapa kemungkinan katalis teknik ini memakan waktu untuk
membawa keluar.
Daftar Pustaka
0 komentar:
Posting Komentar